AL -IBRIZ

KH. Bisri Musthofa dilahirkan di desa Pesawahan, Rembang, Jawa Tengah, pada tahun 1915 dengan
nama asli Masyhadi. Nama Bisri ia pilih sendiri setelah kembali menunaikan ibadah haji di kota suci Mekah. Ia adalah putra pertama dari empat bersaudara pasangan H. Zaenal Musthofa dengan isteri keduanya yang bernama Hj. Khatijah. Tidak diketahui jelas silsilah kedua orangtua KH. Bisri Musthofa ini, kecuali dari catatannya yang menyatakan bahwa kedua orangtuanya tersebut  sama-sama cucu dari Mbah Syuro, seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai tokoh kharismatik di Kecamatan Sarang. Namun, sayang sekali,mengenai Mbah Syuro ini pun tidak ada informasi yang pasti dari mana asal usulnya.

KH. Bisri Musthofa, orang mengenalnya dengan Mbah Bisri Rembang, bukan Mbah Bisri Syansuri Jombang atau pendiri NU. KH.Bisri Musthofa tinggal di Pondok Raudlat al-Thalibin Leteh Rembang kota. Nama KH. Bisri tidak bisa dilupakan oleh generasi enam puluhan. Serpihan-serpihan cerita yang masih lekat mengatakan bahwa KH. Bisri Musthofa terkenal sebagai singa podium. Pada pemilu tahun 1977, kedahsyatan orasinya dapat menguras air mata massa dan sekejap kemudian membuka mulut mereka untuk terpingkal-pingkal bersama di depan panggung tempat ia menyampaikan pidato kampanye.

Di antara guru-gurunya terdapat ulama-ulama asal Indonesia yang telah lama mukim di Mekah. Secara keseluruhan, guru-gurunya di Mekah adalah: (1) Shaykh Baqir, asal Yogyakarta. Kepadanya, Bisri belajar kitab Lubb al-Ushûl, „Umdât al-Abrâr, Tafsîr al-Kashshâf; (2) Syeikh „Umar Hamdan al- Maghribî. Kepadanya, Bisri belajar kitab hadis Shahih Bukhârî dan SahîhMuslim; (3) Syeikh „Alî Malîkî. Kepadanya, Bisri belajar kitab al-Ashbah wa al-Nad}â‟ir dan al-Aqwâl al-Sunan al-Sittah; (4) Sayyid Amin. Kepadanya, Bisri belajar kitab Ibn „Aqîl; (5) Shaykh Hassan Massath. Kepadanya, Bisri belajar kitab Minhaj Dzaw al-Nadhar; (6) Kepada beliau, Bisri belajar tafsir al-Qur‟an al-Jalalain; (7) KH. Abdullah Muhaimin. Kepada beliau, Bisri belajar kitab Jam„ al-Jawâmi„

Jumlah tulisan KH. Bisri Musthofa yang ditinggalkan mencapai lebih kurang 54 buah judul, meliputi: tafsir, hadis, aqidah, fikih, sejarah Nabi, balâghah, nahwU, sharaf, kisah-kisah, syi‟iran, doa, tuntunan modin,naskah sandiwara, khutbah-khutbah dan lain-lain. Karya-karya tersebut dicetak oleh beberapa perusahaan percetakan yang biasa mencetak buku-buku pelajaran santri atau kitab kuning, di antaranya percetakan Salim Nabhan Surabaya, Progresif Surabaya, Toha Putera Semarang, Raja Murah Pekalongan, al-Ma‟arif Bandung dan yang terbanyak dicetak oleh Percetakan Menara Kudus. Karyanya yang paling monumental adalah Tafsîr al-Ibrîz, di samping kitab Sulam al-Afham.14 Karya-karya KH. Bisri Musthofa yang lain adalah sebagai berikut: Tafsir Surat Yasin, al-Iksier, al-Azwad al Mustafawîyah, al-Manzamat al-Baiqûnî, Rawihat al-Aqwâm, Durar al-Bayân,19 Sullam al-Afham li Ma'rifat al-Adillat al-Ahkâm fî Bulûgh al-Maram, Qawâ‟id Bahîyah, Tuntunan Shalat dan Manasik Haji, Islam dan Shalat. Akhlak/Tasawuf, Wasâya al-Abâ‟ lil Abnâ‟, Syi‟ir Ngudi Susilo, Mitra Sejati, Qasîdah al-Ta‟liqat al-Mufîdah, Tarjamah Sullam al-Munawwaraq, al-Nibrasy, Târikh al-Anbiyâ', Târikh al-Awliyâ'.

Komentar